PROFIL

Anak BANGSA BERAKHLAK MULIA (Anak BBM)

 

  1. LATAR BELAKANG

Thomas Lickona mengungkapkan sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai, karena jika tanda-tanda ini terdapat dalam suatu bangsa, berarti bangsa tersebut sedang berada di  tepi jurang kehancuran. Tanda-tanda tersebut adalah:
(1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja;
(2) Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk;
(3) Pengaruh peergroup yang kuat dalam tindak kekerasan;                    
(4) Meningkatnya perilaku yang merusak diri seperti narkoba, alkohol, dan perilaku seks bebas;
(5) Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk;
(6) Menurunnya etos kerja;
(7) Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru;
(8) Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara;
(9) Membudayanya ketidakjujuran;            
(10) Adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama.

Diakui dan disadari atau tidak, perilaku masyarakat kita sekarang, terutama remaja dan anak-anak menjadi sangat mengkhawatirkan, karena mengarah kepada apa yang disebut oleh Lickona di atas. Meningkatnya kasus penggunaan narkoba, pergaulan/ seks bebas, maraknya angka kekerasan anak dan remaja dan lain-lain menjadi masalah nasional yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.

Kunci pemecahan persoalan tersebut terletak pada upaya penanaman dan pembinaan kepribadian dan karakter sejak dini yang dilakukan secara terpadu di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan demikian. Penelitian menyatakan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa “golden age” (usia emas). Mengapa demikian? 90% otak manusia dibentuk sebelum usia 3 tahun, 85% kepribadian dewasa dibentuk hinga usia 6 tahun. Usia anak adalah usia yang paling strategis untuk membentuk kepribadian seseorang. Usia anak akan cepat berlalu, kerena itu memerlukan perhatian yang lebih intensif dari kelompok usia lainnya.

Di samping itu, di dalam UU Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan jelas dinyatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang di  dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya; dan bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Dengan demikian perhatian pada kelompok usia dini akan memberikan kesempatan yang sangat berharga untuk meningkatkan pembangunan masa depan generasi muda, keluarga, komunitas dan negara.

Dr. Ariella Hana Sinjaya, S.Pd, M.Miss,  dilahirkan di keluarga sederhana dan dibesarkan di kampung. Kerja keras orang tuanya dan kemurahan hati para dermawan  telah memungkinkan beliau menyelesaikan pendidikan SMU, dan di kemudian hari mendapat beasiswa untuk menyelesaikan pendidikan di program Magister dan Doktoral di Amerika, serta mendapat kesempatan menjadi pembicara di berbagai forum Internasional. Pengalaman kehidupannya dalam mencapai pendidikan tinggi dan menikmati kesempatan yang sulit dimiliki oleh anak kampung, telah memberikan motivasi yang mendalam untuk menolong anak-anak yang membutuhkan, agar mereka juga dapat memiliki kesempatan yang serupa.

Kenyataan bahwa program pembinaan karakter umumnya relative mahal dan hanya bisa dikecap oleh anak dari keluarga mampu, telah mendorong beliau untuk mengembangkan program pembinaan karakter anak yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya Indonesia, sehingga dapat disajikan kepada anak-anak dari berbagai latar belakang suku, agama, dan tingkat sosial yang berbeda.

Selain itu pula Yayasan Anak BBM telah di audit secara resmi oleh Kantor Akuntan Publik terdaftar dan telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001 : 2008 dengan standar Internasional yaitu Amerika (ANAB) dan juga dari United Kingdom / Inggris (UKAS).

 

  1. MAKSUD DAN TUJUAN.

Program ini sejalan dengan UU Perlindungan Anak Pasal 9 (1), yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran di dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Sementara Pasal 49 berbunyi Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan yang dimaksud diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal; pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional di mana anak bertempat tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban-peradaban yang berbeda-beda dari peradaban sendiri; persiapan kehidupan yang bertanggungjawab; dan pengembangan rasa hormat dan cinta terhadap lingkungan hidup.

 

Program BBM dirancang dan dikemas untuk membantu upaya pengambangan karakter anak Indonesia, seperti yang tertuang di dalam UU Nomor 23 tentang Perlindungan Anak guna menciptakan generasi Anak Bangsa yang bertumbuh dengan moral dan karakter teguh. Program pembinaan karakter ini di sebut Bangsa Berakhlak Mulia (BBM).

 

Sebagaimana yang tercantum di dalam UU Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, ‘Terwujudnya masyarakat Indonesia yang  berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila…”, yang ditandai oleh: …”Terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia dan bermoral berdasarkan Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat

Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bergotong royong, berjiwa patriotik, Berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.”

 

Persoalan karakter atau moral memang tidak sepenuhnya terabaikan. Akan tetapi, dengan fakta-fakta seputar kemerosotan karakter di sekitar kita menunjukkan bahwa diperlukan peningkatan upaya pada pendidikan karakter untuk diterpkan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat  dalam hal menumbuhkan remaja dan anak-anak yang berkarakter dan berakhlak mulia. BBM bermaksud dan bertujuan membantu mewujudkan impian tersebut melalui program pengembangan Karakter anak, yang kami sebut Bangsa Berakhlak Mulia (BBM).

 

III. TOPIK PEMBELAJARAN.

 

Adapun Program dan bentuk kurikulum adalah sebagai berikut :

 

Pelajaran 1Penindasan/Intimidasi Bukanlah Sebuah Lelucon

Sopan santun dan tata krama perlu diperkenalkan sejak usia dini, baik dalam perkataan maupun tindakan, karena perkataan yang kotor dan kasar dapat mengakibatkan masalah besar dalam hidup seseorang. (implemantasi sila 2, 3 dan 5)

 

Pelajaran 2 : Jangan Percaya Kepada Ucapan yang Menindas

Anak-anak perlu diberi pengertian dan dilatih untuk tidak menggunakan kata-kata negatif yang menindas orang lain, dan sebaliknya juga tidak mempercayai kata-kata negatif yang ditujukan untuk menindas mereka . (Implementasi Sila 1, 3 dan 5)

 

Pelajaran 3 : Jangan Hanya Berdiri dan Melihat Tindakan Penindasan

Kepekaan terhadap masalah keadilan perlu ditumbuhkan sejak dini,  sehingga mereka akan terlatih untuk bersikap benar ketika ketidakadilan terjadi dalam kehidupan dan lingkungan mereka. (implementasi Sila 1, 4 dan 5 )

 

Pelajaran 4 : Menghargai Sesama

Kepekaan untuk memperhatikan dan menghargai sesama dengan cinta kasih yang tulus perlu diperkenalkan sejak dini, sehingga mereka bertumbuh menjadi orang yang peduli terhadap sesamanya. (Implementasi Sila 2, 3 dan 5)

 

Pelajaran 5 : Mencintai dan Menghargai Tuhan Yang MahaEsa dengan Sepenuh Hati

Penting mengajarkan kepada anak-anak untuk mengingat dan  mencintai Penciptanya dengan segenap hati, sehingga mereka bertumbuh menjadi manusia yang beribadah kepada Tuhan yang memberikan nafas kehidupan kepada umat ciptaan-Nya.

(Implementasi sila 1 dari Pancasila)

 

Pelajaran 6 :  Menaklukan  Ketakutan

Ketakutan akan menyebabkan pertumbuhan mental anak terhambat. Dalam pelajaran ini akan diajarkan bagaimana anak-anak menanggulangi rasa takut yang berlebihan. (Implementasi dari Sila 1)

 

Pelajaran 7 : Sang Pencipta Menyediakan Rezeki bagi Umat Ciptaan-Nya

Anak-anak perlu belajar menghargai segala sesuatu yang diberikan Sang Pencipta,  seperti alam semesta, keluarga, serta orang-orang di sekitar mereka. Dengan menghargai dan mensyukuri apa yang dimiliki akan melatih mereka untuk tidak menjadi manusia egois dan serakah. ( Implementasi dari seluruh sila dari Pancasila)

 

Pelajaran 8 : Berbagi Rezeki Kepada Sesama

Anak-anak  perlu belajar untuk membagikan rezeki kepada sesama, sebagai hasil dari mensyukuri apa pun yang dimiliki dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka belajar mengerti dan memahami bahwa kehidupan ini akan semakin berarti dan “kaya” ketika kita memberikan apa yang kita miliki kepada sesama. (Implementasi seluruh sila dari Pancasila)

 

Palajaran 9 : Fokus Terhadap Apa Yang Dimiliki, Bukan Yang Tidak Dimiliki

Kecenderungan untuk fokus pada kekurangan yang ada pada diri sendiri,  adalah salah satu sifat yang menonjol pada anak-anak miskin, secara emosional dan spiritual.  Anak-anak perlu pembelajaran untuk melihat kelebihan dan kekuatan positif yang dimiliki dalam hidupnya, serta mensyukuri potensi tersebut. (implementasi dari sila 1,2 dan 5)

 

Pelajaran 10 : Kemampuan Memberikan Pengaruh Positif dalam Lingkungan

Pelajaran ini akan menolong anak-anak untuk mengerti bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memberi pengaruh positif yang mendatangkan perubahan bagi keluarga dan lingkungan, bahkan bangsa dan negara.   (Implementasi seluruh sila Pancasila)

 

Pelajaran 11 :  Belajar untuk Mengendalikan Diri Sendiri

Alasan mengapa orang-orang terlibat dalam banyak masalah, adalah karena mereka tidak memiliki  pengendalian diri, sehingga telibat dalam berbagai perkelahian, dan tindakan anarkis. Walaupun pengendalian diri adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan, namun bukanlah merupakan suatu hal yang mustahil. Anak-anak  perlu belajar bagaimana mengendalikan diri sejak usia dini, sehingga bertumbuh menjadi manusia yang seutuhnya. (implementasi seluruh sila dari Pancasila)

 

Pelajaran 12 : Tidak Membiarkan Kejahatan Mempengaruhi

Lingkungan dan dunia sekitar banyak menawarkan kenikmatan yang tidak menunjang pembentukan karakter, atau pun nilai moral dan agama. Oleh sebab itu, sangat penting mengajar anak-anak untuk menjadi diri sendiri dan mengejar fitrah mulia dari Sang Pencipta (Implementasi seluruh sila dari Pancasila).

  1. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN BBM.

 

Program BBM ini dapat diselenggarakan di berbagai tempat, seperti halaman sekolah, di area terbuka tempat pembuangan sampah, di galangan kapal, area pemakaman, atau di lokasi mana pun yang memungkinkan untuk mengumpulkan anak dan melaksanakan pembinaan dan pelatihan karakter bagi generasi anak bangsa.

Adapun waktu yang diperlukan untuk penyelenggaraan BBM adalah 60 menit setiap pertemuan,sekali dalam seminggu, selama 12 minggu berturut-turut di setiap semester.

 

 

  1. GAMBARAN UMUM PELAKSANAAN BBM.

 

5.1. PRAPEMBUKAAN

5.2. PEMBUKAAN

5.2.1. Menghitung mundur

5.2.2. Penyambutan

5.2.3. Pembacaan Peraturan

5.2.4. Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta dan
Pemberi nafas kehidupan.

5.2.5. Janji setia bagi bangsa  &negara Indonesia, Pancasila, Indonesia Raya

5.2.6. Menyanyi bersama

5.2.7. Empat hal penting dalam kehidupan

5.3. PERMAINAN

5.4. WAKTU TENANG

5.5. PELAJARAN KARAKTER & NILAI KEHIDUPAN

5.6. PENUTUP

 

 

  1. TARGET USIA UNTUK PENYELENGGARAAN BBM.

 

            Sesuai dengan penelitian global, usia 4 – 14 tahun adalah masa pembentukan diri yang sangat penting, oleh sebab itu program BBM direncanakan untuk membina dan mendidik karakter anak di usia antara  4 – 14 tahun.

 

VII. INSTRUKTUR.

 

            Instruktur BBM adalah pemerhati anak yang telah dididik dan dipersiapkan sesuai maksud dan tujuan yang tersebut di atas, serta terbuka kesempatan bagi orang tua, mahasiswa, guru sekolah, tokoh masyarakat untuk  membantu pelaksanaan kegiatan BBM di komunitas masing-masing.

 

 

VIII. PENUTUP.

 

            Kami berharap sekilas tentang BBM ini dapat memberikan gambaran akan harapan dan kerinduan yang tersirat dalam upaya mendukung pembangunan generasi Anak Bangsa agar bertumbuh menjadi generasi yang ber-Ketuhanan,  dan dimampukan membentuk keluarga yang sakinah lahir dan batin, serta menjunjung tinggi nama dan martabat bangsa dan negara Indonesia.